BeritaNasional

Surat Terbuka Untuk Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI)

Dengan hormat,

Ijinkan saya, sebagai seorang warga negara Indonesia, menyampaikan keprihatinan yang mendalam terhadap sikap para wakil rakyat yang terhormat di Senayan.

Kami, rakyat yang kalian wakili, menyaksikan kenyataan pahit setiap hari. Penyakit TBC semakin meningkat, tanda nyata bahwa banyak masyarakat tak lagi mampu menikmati makanan bergizi. Anak-anak kami masih meninggal karena tubuhnya dipenuhi cacing. Saudara-saudara kami rela berdesakan, bahkan pingsan, hanya demi mengantri pekerjaan.

Namun, di tengah kondisi getir ini, kami justru menyaksikan sikap angkuh para dewan. Di mana riuh gembira kalian saat menyambut Hari Kemerdekaan? Di mana suara lantang kalian ketika rakyat menjerit karena lapar dan hidup tak layak? Mengapa saat rakyat bersuara, kalian justru melabelinya “bodoh”?

Lebih menyakitkan lagi, ketika rakyat mendatangi gedung yang disebut “Rumah Rakyat”, rumah yang saat ini dipercayakan untuk kalian tempati, mereka justru disambut dengan puluhan polisi dan gas air mata.

Apakah naluri kemanusiaan itu telah hilang, seiring bertambahnya pundi-pundi harta, seiring mudahnya kalian melancong ke luar negeri dengan alasan kunjungan kerja yang manfaatnya tak pernah rakyat rasakan?

Wahai para wakil rakyat, tidakkah kalian ingat masa lalu? Tidakkah kalian ingat ketika kalian sendiri pernah berdiri di jalan, meneriakkan keadilan, lalu menghadapi tentara, polisi, gas air mata, bahkan peluru? Tidakkah kalian ingat keringat, darah, dan air mata yang kalian curahkan dulu atas nama rakyat dan kemanusiaan yang kini justru kalian khianati dengan menari bahagia di atas penderitaan rakyat yang lapar?

Hari ini, rakyat menunggu suara hati kalian. Apakah kalian masih punya nurani? Ataukah benar rasa kemanusiaan itu sudah terkubur dalam kemewahan kursi dan fasilitas yang kalian nikmati?

Apakah kalian lupa, dulu kalian berdiri bersama rakyat menantang peluru demi keadilan? Kini kalian justru menari di atas penderitaan mereka.

Surat terbuka ini saya sampaikan, dengan harapan bukan hanya didengar, tetapi sungguh direnungkan. Karena sejarah akan mencatat, bukan sekadar siapa yang duduk di kursi kekuasaan, tetapi siapa yang benar-benar berdiri bersama rakyat.

Ingatlah juga wahai dewan yang terhormat, sejarah tidak pernah lupa: kekuasaan datang dan pergi, tapi pengkhianatan terhadap rakyat akan selalu tercatat.

Hormat saya,
Detti Artsanti (Ketua Yayasan 98 Peduli)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *