Petani Tebu Jatim Ancam Mogok Massal
AKSINEWS.COM – Ratusan petani tebu di Jawa Timur mengancam akan melakukan aksi mogok massal, buntut tak terserapnya puluhan ribu ton gula di pasaran.
Sekjen DPP Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), Sunardi Eko Sukamto mengatakan para petani tebu di Jatim sudah tidak bisa menjalankan operasional akibat gula yang menumpuk di gudang.
“Saat ini ada 76.700 ribu ton gula petani tidak terserap. Kami sudah kewalahan luar biasa. Jadi sulit meneruskan tebang angkut dan pembiayaan di kebun sudah putus-putus, bahkan beberapa pabrik gula (PG) sudah tidak bisa giling, di sisi lain gudang gulanya juga penuh karena gula tidak keluar,” katanya.
Sunardi menunggu janji Menteri Pertanian yang akan membantu menyerap gula petani, salah satunya dengan pencairan dana sebesar Rp1,5 Triliun dari Danantara ke Sinergi Gula Nusantara (SGN) dan Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) untuk membeli gula petani.
Jika janji dari pemerintah tidak terealisasi, para petani tebu di Jatim akan mogok massal dan menggelar aksi demonstrasi mempertanyakan keseriusan pemerintah mewujudkan swasembada gula dan mendukung para petani.
“Indonesia hanya mimpi swasembada gula karena pemerintah tidak serius menangani petani. Jika anggaran Rp1,5 Triliun yang dijanjikan tidak terealisasi, mungkin kami tidak menanam tebu, dan kami lakukan aksi demonstrasi besar-besaran, kami petani tebu akan mogok massal,” ujar Sunardi, dilansir cnnindonesia.com, Minggu (17/8).
Sunardi menyebut, seluruh DPC APTRI di Jawa Timur satu suara menuntut pemerintah segera bertindak sesuai janji-janjinya ke petani tebu.
“Selama 8 periode panen kami tidak cair hingga gula menumpuk di gudang. Kami harap penyelesaian konkret dari bulan Agustus sampai November nanti ada niat dari pemerintah untuk menyelesaikan secara tuntas,” jelasnya.
Sementara itu, Dewan Pembina DPD Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), Arum Sabil meminta pemerintah segera membeli gula petani sebanyak ratusan ribu ton yang tidak terserap di pasar. Sebab, petani gula merupakan penggerak ekonomi pedesaan.
“Jadi kalau di Jatim sekitar 76.700 Ribu Ton, dan kalau nasional kan ratusan ribu Ton. Ini tidak bisa menunggu, saya berharap pemerintah dengan segala kerendahan hati, agar pemerintah, siapa pun yang punya kewenangan untuk segera merealisasikan janjinya yang akan membeli gula petani dengan mengalokasikan anggaran sekitar Rp 1,5 Triliun,” kata Arum.
Petani tebu saat ini sudah babak belur akibat banyaknya gula yang tidak terserap di pasar disebabkan banyaknya impor gula rafinasi di pasar.
“Usaha pertanian tebu di Indonesia mayoritas adalah bagian dari motor penggerak ekonomi masyarakat pedesaan. Tentu usaha ini harus menjadi usaha berkelanjutan, kalau hari ini petani mengalami kerugian, maka dampaknya pada produksi di tahun akan datang,” ungkap Arum.
Arum juga menyarankan pemerintah agar segera membentuk badan untuk mengatasi petani dan panen gula di Indonesia agar persoalan-persoalan pergulaan nasional bisa dibicarakan dan diputuskan secara komprehensif dan terintegrasi.
“Panjangnya birokrasi yang tidak terintegrasi sangat berdampak. Saya khawatir kucuran rencana untuk mengalokasikan Rp 1,5 Triliun dari Danantara untuk membeli gula petani ini, karena ribetnya birokrasi antar institusi yang menangani,” ucapnya.
Arum menyebut janji pemerintah tentang anggaran Rp1,5 Triliun itu setidaknya bisa membuat petani menyambung hidup dan menanam lagi untuk musim panen yang akan datang.
“Paling tidak, ini akan membuat dampak psikologis terhadap pasar gula ya, dan ini juga akan berdampak pada psikologis positif terhadap pedagang yang biasanya membeli gula petani. Para pedagang sekarang ini rata-rata tiarap tidak membeli gula petani, karena hari ini membeli, kemudian sore tiba-tiba sudah ada kabar harga turun akibat gula rafinasi, psikologisnya turun sehingga mereka takut,” ujarnya.
Arum juga menyebut anggaran Rp1,5 Triliun yang rencananya akan digelontorkan pemerintah untuk membeli gula petani bukan sebuah kerugian. Sebab, pemerintah memiliki gula untuk dijual ke pasar.
“Kan Rp 1,5 Triliun itu tidak cuma-cuma. Pemerintah punya gula untuk dijual kembali ke pasar. Jadi pemerintah tidak rugi sama sekali dengan membeli gula petani,” katanya. (red)