Mesir Ungkap Berhala yang Biasa Disembah Firaun Ditemukan di Dasar Laut
AKSINEWS.COM – Pihak berwenang Mesir pada hari Kamis (28/8) mengungkapkan penemuan sebagian kota kuno yang tenggelam di perairan Alexandria, termasuk fragmen bangunan, artefak, dan manuskrip kuno yang berusia lebih dari 2.000 tahun.
Situs penemuan ini terletak di Teluk Abu Qir dan diyakini sebagai bagian dari kota kuno Canopus, sebuah pusat penting pada masa Dinasti Ptolemeus yang memerintah Mesir selama hampir 300 tahun, sebelum Kekaisaran Romawi, yang berlangsung sekitar enam abad.
Sejarah mencatat bahwa serangkaian gempa bumi dan naiknya permukaan laut menenggelamkan Canopus dan pelabuhan Heracleion di dekatnya, meninggalkan harta karun arkeologi yang tak ternilai.
Dalam operasi terbaru, derek digunakan untuk mengangkat patung-patung dari dasar laut, sementara para penyelam dengan pakaian selam yang menemukan artefak bersorak saat mereka tiba di darat.
“Masih banyak sisa-sisa di dasar laut, tetapi yang bisa kami angkat sangat terbatas menurut kriteria tertentu. “Sisanya akan tetap menjadi bagian dari warisan bawah laut kami,” kata Menteri Pariwisata dan Purbakala Mesir, Sherif Fathi, dilansir sindonews.com.
Di antara reruntuhan yang ditemukan terdapat bangunan-bangunan batu kapur yang diyakini pernah berfungsi sebagai tempat ibadah, kawasan permukiman, serta bangunan komersial dan industri. Juga ditemukan waduk dan kolam yang dipahat di batu untuk penyimpanan air dan budidaya ikan.
Temuan lainnya termasuk patung-patung tokoh kerajaan dan sphinx dari era pra-Romawi, termasuk sphinx yang diukir dengan nama Firaun Ramses II, penguasa paling terkenal dan paling lama berkuasa dalam sejarah Mesir kuno.
Namun, sebagian besar patung ditemukan dalam kondisi tidak lengkap, termasuk patung granit tanpa kepala dari era Ptolemeus dan bagian bawah patung seorang bangsawan Romawi yang terbuat dari marmer.
Selain itu, terdapat kapal dagang, jangkar batu, dan derek pelabuhan dari periode Ptolemeus dan Romawi. juga ditemukan di dekat dermaga sepanjang 125 meter yang berfungsi sebagai pelabuhan perahu kecil hingga era Bizantium.
Iskandariah, kota terbesar kedua di Mesir, memang kaya akan reruntuhan kuno dan harta karun bersejarah. Namun, kota pesisir ini kini menghadapi ancaman yang sama seperti Canopus dan Heracleion akibat perubahan iklim dan naiknya permukaan laut.
Studi menunjukkan bahwa Iskandariah tenggelam lebih dari tiga milimeter setiap tahun. Bahkan, dalam skenario yang dijelaskan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), diperkirakan sepertiga kota akan tenggelam atau tidak lagi layak huni pada tahun 2050. (red)