Khazanah Islam

Hikam: Bersandarlah Hanya Kepada Allah, Jangan Kepada Amal

AKSINEWS.COM – “Di antara tanda-tanda orang yang senantiasa bersandar kepada amal-amalnya, adalah kurangnya ar-roja’ (rasa harap kepada rahmat Allah) di sisi alam yang fana.”

Ar-roja merupakan istilah khusus dalam terminologi agama, yang bermakna pengharapan kepada Allah SWT.

Bukan ditujukan ketika seseorang berbuat salah, gagal atau melakukan dosa, tapi lebih menyifati orang-orang yang mengharapkan kedekatan dengan Allah.

Seorang mukmin yang kuat tauhidnya, sekalipun masih hidup di dunia dan terikat pada semua wujud yang fana, namun harapannya hanya kepada Allah.

Jika kita berharap akan rahmat-Nya, maka kita tidak akan menggantungkan harapan kepada amal-amal kita, baik itu besar atau pun kecil.

Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seseorang masuk surga dengan amalnya.”
Ditanyakan, “Sekalipun engkau wahai Rasulullah?”
Beliau bersabda, “Sekalipun saya, hanya saja Allah telah memberikan rahmat kepadaku.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Orang yang beramal ibadah pasti punya pengharapan kepada Allah, meminta kepada Allah agar berhasil pengharapannya, akan tetapi jangan sampai orang beramal itu bergantung pada amalnya, karena hakikatnya yang menggerakkan seseorang untuk beramal ibadah itu sesungguhnya Allah.

Sehingga, apa bila terjadi kesalahan, seperti terlanjur melakukan maksiat atau meninggalkan ibadah rutinnya, seseorang itu merasa putus asa dan berkurang pengharapannya kepada Allah. Bila berkurang pengharapan kepada rahmat Allah, maka semangat beramalnya pun akan berkurang dan akhirnya berhenti beramal.

Semestinya dalam beramal itu semua dikehendaki dan dijalankan oleh Allah. sedangkan diri kita hanya sebagai media berlakunya qodrat Allah.

Sama halnya dengan kalimat “Laa ilaha illallah” yang berarti tidak ada Tuhan selain Allah. Hal ini menegaskan tidak ada tempat bersandar, berlindung, berharap kecuali Allah. Tidak ada yang menghidupkan dan mematikan, tidak ada yang bisa memberi dan menolak kecuali hanya Allah.

Syari’at telah menyuruh kita berusaha dan beramal. Dan hakikat melarang kita menyandarkan diri pada amal dan usaha agar tetap bersandar pada karunia dan rahmat Allah.

Jika kita dilarang menyekutukan Allah dengan berhala, batu, kayu, pohon, kuburan, binatang dan manusia, maka janganlah menyekutukan Allah dengan kekuatan diri sendiri, seakan-akan merasa sudah cukup kuat dapat berdiri sendiri tanpa pertolongan Allah, tanpa rahmat, taufik, hidayat dan karunia Allah. SW

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *