Gus Yahya: Tiga Elemen Perjuangan Santri
AKSINEWS.COM – Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf mengatakan menjadi santri adalah sa’yun syamil, perjuangan yang utuh menggabungkan sekurang-kurangnya tiga elemen utama, yaitu thalabul ‘ilmi, tazkiyatun nafs, dan jihad fi sabilillah.
Dilansir dari laman resmi NU nu.or.id Rabu (22/10/2025) dalam pidatonya memperingati Hari Santri, Gus Yahya menjelaskan tiga elemen perjuangan santri tersebut.
Pertama, thalabul ‘ilmi (mencari ilmu), dulu disebut menuntut ilmu, tapi kita khawatir nanti dianggap ilmu ini punya salah sehingga dituntut-tuntut, maka kita maknai dengan mencari ilmu.
Kedua, tazkiyatun nafs (membersihkan jiwa). Mereka yang belajar di dalam lingkungan lembaga-lembaga sekuler atau di dalam lingkungan lembaga-lembaga pendidikan yang dikatakan formal atau lebih modern, santri belajar tidak hanya dengan mengisi akalnya saja, tapi juga diiringi dengan riyadlah untuk membersihkan jiwanya.
“Kalau cuma belajar dengan menyerap ilmu pengetahuan saja, itu belum santri. Santri itu belajarnya dibarengi dengan tirakat. Ini karena dedikasi total kepada ilmu sehingga ilmu itu betul-betul diperjuangkan secara lahir dan batin,” jelasnya.
Ketiga, jihad fi sabilillah. Seluruh keberadaan kita sebagai makhluk adalah untuk menghamba kepada Allah. Puncak dari penghambaan itu adalah jihad fi sabilillah.

Gus Yahya menjelaskan semangat Hari Santri tahun ini mengambil tema atau tagline “Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Mulia”.
“Kenapa? Karena Hari Santri itu sendiri ditetapkan dengan merujuk kepada Resolusi Jihad yang diumumkan oleh Nahdlatul Ulama pada tanggal 22 Oktober 1945, yakni seruan Perang Sabil menolak upaya penjajah untuk kembali menjajah tanah air, mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia yang sudah di proklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945,” jelasnya.
“Semangat dasar dari Hari Santri adalah semangat untuk mempertahankan, menjaga, membela, dan terus memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Republik Indonesia, cita-cita Proklamasi,” imbuh Gus Yahya.
red