BeritaHealthLifestyle

Botol Minum Rawan Jadi Sarang Bakteri

AKSINEWS.COM – Menggunakan botol minum reusable sudah menjadi kebiasaan banyak orang. Kebiasaan ini membantu menghemat biaya, mengurangi sampah plastik sekali pakai, serta menjaga tubuh tetap terhidrasi.

Namun, ada hal penting yang sering tidak diperhatikan yaitu kebersihan botol. Banyak orang merasa sudah cukup membersihkan botol padahal sebenarnya tidak. Kuman yang berasal dari tangan, bibir botol, dan tutup dapat bertahan lama dan berkembang biak.

Melansir dari liputan6.com, Selasa (23/9), pasar global botol minum reusable pada 2024 mencapai sekitar USD10 miliar atau setara dengan Rp164 miliar, dengan survei di kalangan mahasiswa menunjukkan tingkat penggunaan antara 50 persen hingga 81 persen. Fakta ini mendorong peneliti di Purdue University untuk memeriksa kondisi botol minum yang dipakai sehari-hari.

Seberapa bersih botol yang digunakan mahasiswa? Hasil penelitian menunjukkan kenyataan yang mengejutkan. Botol minum yang terlihat bersih ternyata menyimpan banyak bakteri. Dari penelitian ini juga muncul beberapa kebiasaan sederhana yang bisa membantu menjaga botol tetap aman digunakan.

Peneliti dari Purdue University mengumpulkan 90 botol milik mahasiswa, dengan setiap pemilik diminta menjelaskan bagaimana mereka menggunakan dan membersihkan botol. Setelah itu, botol diuji dengan dua metode.

Metode pertama adalah men-swab bagian luar botol dengan uji ATP (Adenosin Trifosfat). Tes itu untuk menunjukkan sisa organik yang masih menempel, dan biasa dipakai dalam bidang keamanan pangan untuk memastikan suatu permukaan benar-benar bersih setelah dicuci. Metode kedua adalah membilas bagian dalam botol, kemudian menghitung jumlah bakteri yang masih menempel di dinding botol.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa bagian luar botol jauh lebih kotor daripada kelihatannya. Bahkan, dua botol baru yang dibeli dari toko juga dikategorikan kotor.

Botol yang lebih sering diisi ulang ternyata memiliki tingkat kotoran yang lebih tinggi. Hal ini terjadi karena setiap kali pengisian ulang, botol melewati banyak titik sentuh, mulai dari tangan, keran, meja, hingga tutup.

Bibir botol menjadi area yang paling rawan, sebab di situlah tangan dan mulut sering bersentuhan. Bakteri bisa dengan mudah menempel lalu berkembang biak di permukaan luar botol tanpa terlihat secara kasat mata.

Bagian dalam botol juga menyimpan banyak bakteri. Standar air minum biasanya berada di bawah 100 hingga 500 CFU per mililiter, tetapi penelitian ini menemukan tujuh dari sepuluh botol melewati angka 100, dua dari tiga melewati 200, dan tiga dari lima bahkan lebih tinggi dari 500. Artinya, sebagian besar botol lebih kotor daripada air minum yang dianggap aman.

Satu dari empat botol mengandung bakteri E coli, indikator adanya kontaminasi feses, padahal pada air kemasan seharusnya tidak boleh ada sama sekali. Carl Behnke, peneliti dari Purdue University, mengatakan, “Lebih dari 20 persen sampel kami memiliki bakteri coliform, yang berarti ada kotoran feses.”

Botol yang hanya dipakai untuk air lebih bersih, sedangkan yang juga digunakan untuk minuman manis atau susu cenderung jauh lebih kotor. Gula memberi makan bakteri, sementara protein dan lemak meninggalkan lapisan yang memudahkan terbentuknya biofilm, yang lebih sulit dibersihkan dibanding bakteri biasa.

Botol kaca terlihat lebih bersih karena permukaannya halus, tetapi tidak ada yang benar-benar aman. Justru desain lebih menentukan, seperti leher sempit, sedotan, katup gigit, dan cincin silikon yang menyimpan sisa kotoran.

Rutin dicuci membantu, tapi itu tidak cukup. Membilas cepat bisa meninggalkan lapisan lengket, mesin cuci piring tidak selalu menjangkau ulir atau sedotan, dan jika tidak dibongkar, biofilm tetap bertahan. Behnke mengingatkan, “Apakah Anda mencuci piring setelah makan malam. Ya. Tapi dengan botol minum kita sering membawanya ke mana-mana dan tidak benar-benar membersihkannya.”

Menurut Dr Yuriko Fukuta, asisten profesor kedokteran penyakit infeksi di Baylor College of Medicine, bakteri di botol bisa termasuk Staphylococcus atau Streptococcus. Ia menjelaskan, kita terus-menerus menyentuh botol dengan mulut dan tangan jadi mudah sekali bakteri berpindah dan kemudian berkembang. Dalam beberapa kasus ini bisa membuat Anda sakit terutama jika daya tahan tubuh lemah.

Botol sebaiknya dicuci dengan sabun dan air panas, bagian dalam disikat, komponen kecil dibongkar, lalu dikeringkan dengan tutup terbuka. Hindari berbagi botol, dan jika digunakan untuk minuman manis, cucilah pada hari yang sama. (red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *